Beberapa saat yang lalu, masyarakat sempat digegerkan dengan kejadian dokter yang meninggal mendadak pada saat sedang bertugas jaga. Berbagai spekulasi pun muncul, karena dokter tersebut diketahui sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit berat. Apalagi isu mengenai SARA dan senioritas di dunia kedokteran sedang panas-panasnya, maka semakin banyak isu-isu yang beredar di media sosial. Usut punya usut, akhirnya diketahui dokter tersebut ternyata mengidap Brugada Syndrome. Apa sih Brugada Syndrome itu, dan bagaimana cara menolong pasien yang mengidap sindrom tersebut ?
Brugada syndrome adalah penyakit kelainan fungsi jantung yang ditandai dengan kelainan pada rekam jantung, tetapi tidak ditemukan kelainan pada struktur jantung. Penyakit ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami pingsan, henti jantung, bahkan kematian mendadak. Kematian mendadak seringkali terjadi pada saat penderita sedang tidur ataupun sedang mengalami demam. Apa penyebab Brugada Syndrome ? Penyakit ini merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik. Diduga mutasi genetik tersebut menyebabkan kelainan pada kanal natrium jantung, sehingga mengakibatkan terjadinya kelainan fungsi jantung yang ditandai dengan takikardi atau jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Kelainan ini dapat dideteksi melalui EKG atau rekam jantung. Penderita Brugada Syndrome biasanya adalah pria muda dan seringkali tidak memiliki masalah kesehatan maupun riwayat penyakit berat. Menurut statistik, penyakit ini banyak ditemukan di daerah Asia dan merupakan penyebab kematian alami paling banyak pada kelompok usia kurang dari 50 tahun. Saking banyaknya, di beberapa negara, penyakit ini memiliki sebutan sendiri, misalnya di Thailand penyakit ini disebut Lai Tai, di Filipina disebut Bangungot, dan di Jepang disebut Pokkuri. Angka kematian akibat Lai Tai rata-rata mencapai 30 kasus per 10.000 penduduk per tahun. Penyakit ini seringkali tidak bergejala, sehingga penderita pun seringkali tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit ini. Pada beberapa kasus, penderita mengalami beberapa episode blackout atau pingsan, jantung berdebar-debar, nyeri jantung, kehabisan napas, sakit kepala, bahkan kejang. Gejala tersebut dapat terjadi kapan saja, tetapi seringkali dipicu oleh konsumsi alkohol, dehidrasi, dan demam, sehingga mengaburkan diagnosis. Bagaimana cara menanggulangi Brugada Syndrome ?
Semoga informasi mengenai Brugada Syndrome di atas dapat menambah wawasan teman-teman ya. Know better to save more life ! N.B. : MEDISAR mengucapkan turut berdukacita atas berpulangnya dr. Stefanus Taofik, Sp. An. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan penghiburan dari Tuhan.
1 Comment
|
Archives
July 2022
Categories |